Kementerian PPN/Bappenas yang diwakili oleh Wignyo Adiyoso, S.Sos, MA, Ph.D (Kepala Pusbindiklatren), Priyanto Rohmatullah, SE, MA (Direktur Aparatur Negara dan Tranformasi Birokrasi), beserta Tim Pusbindiklatren dan Konsultan PT. Trippcons Internasional melakukan pertemuan dengan Shiro Muramoto (Director/ Chief Coordinator dari Hyogo Business Support Center), beserta jajarannya dalam rangka diskusi kerja sama On the Job Training (OJT) pada 13 November 2023. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menjajaki potensi kerja sama dalam hal pengembangan program pelatihan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia.
Pertemuan yang berlangsung pada pukul 10.00 – 11.00 JST tersebut diawali permohonan maaf yang disampaikan oleh Wignyo Adiyoso sehubungan dengan ketidakhadiran Dr. Ir. Taufik Hanafi (Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas karena pada saat yang sama sedang mengikuti kegiatan rapat persiapan Osaka World Expo 2025. Selanjutnya, Wignyo memperkenalkan delegasi Pusbindiklatren Kementerian PPN/Bappenas serta peserta OJT yang hadir pada pertemuan ini. Wignyo menyampaikan bahwa maksud dan tujuan kunjungan tersebut adalah untuk menjalin huhungan kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan On the Job Training ke depannya. “Pertemuan ini menjadi momentum berharga dalam membangun fondasi kerjasama yang berkelanjutan dan bermutu dalam program On the Job Training ini”, imbuhnya.
Shiro Muramoto menyambut baik kedatangan delegasi dari Pusbindiklatren Kementerian PPN/Bappenas, sekaligus memberikan gambaran singkat mengenai Hyogo Business Support Center. Dalam penjelasannya, Shiro Muramoto menyampaikan, “Hyogo Business Support Center adalah asosiasi yang mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam hal operasional, Hyogo Business Support Center telah mendukung pendirian sekitar 190 UMKM per tahun.”
Memulai diskusi, Sakashita (Consultant) menyampaikan pengalamannya dalam mengembalikan kestabilan Perusahaan Jepang yang ada di Indonesia. Pada tahun 1999 kala itu, banyak terjadi mogok kerja skala besar di Indonesia. Hingga pada tahun 2000, Sakashita ditugaskan ke Indonesia untuk mengatasi masalah tersebut dan menerapkan prinsip 5S + 5T di dalam perusahaan Jepang saat itu.
Lebih lanjut, Sakashita menegaskan bahwa 5S merupakan prinsip dalam bahasa Jepang yang mencakup Seiri, Seiton, Seisou, Seiketsu, dan Shitsuke. Seiri (mengorganisir) yang berarti efisiensi, atau menghapuskan item yang tidak diperlukan. Seiton (merapikan) yang berarti memudahkan birokrasi untuk menghapuskan item yang tidak diperlukan tersebut (termasuk memudahkan untuk memasukkannya kembali apabila diperlukan). Seisou (membersihkan) yang berarti menuntaskan secara menyeluruh. Seiketsu (memurnikan), yang berarti menjaga 3S di atas tetap dalam kondisi bersih dan stabil. Shitsuke (disiplin), yang berarti mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
Sementera itu 5T merupakan evaluasi atau perbaikan terhadap kinerja selama ini. 5T tersebut mencakup Teji, Teihin, Teiryou, Teiji, dan Teishitsu. Teii (Lokalisasi), yang berarti memperbaiki posisi, tempat, ketinggian. Teihin, yang berarti memperbaiki kualitas produk. Teiryou, yang berarti memperbaiki jumlah. Teiji, yang berarti memperbaiki manajemen waktu. Teishitsu, yang berarti memperbaiki dan mempertahankan kualitas.
5S dan 5T tersebut merupakan prinsip yang baik diterapkan senantiasa terlebih di dalam mengevaluasi serta memperbaiki kinerja sebuah perusahaan. Prinsip 5S dan 5T ini juga tentunya relevan untuk diterapkan di lembaga pemerintahan.
Menanggapi penjelasan dari Sakashita tersebut, Wignyo menyampaikan rasa salut dan apresiasi, karena mendapatkan ilmu baru yang sangat bermanfaat ke depannya dan berharap, pertemuan ini menjadi awal yang baik di dalam menjalin hubungan kerja sama, khususnya dalam pelaksanaan program On the Job Training. (YTF)